Jumat, 23 September 2011

Confession of Adinda


SENJA itu, hujan rintik . Airnya menetes sedikit dan perlahan.Didepan rumah , bendera merah putih layu dibasahi air hujan. Seorang gadis sedang duduk di balik jendela kamarnya yang berembun. Entah sejak kapan dia berada di situ.Yang jelas,sorot matanya tidak lepas dari bendera merah putih yang layu.
Dalam hati gadis itu ,ingin sekali saat itu juga dia berlari ke luar ,bermain hujan ,atau mungkin juga menikmati keindahan pelangi.Tetapi ,dia tidak akan pernah mungkin bisa melakukan itu semua . Karena seumur hidup ,dia akan menghabiskan hidunya di atas kursi roda.
Ya,, sejak kecil dia menderita polio yang membuatnya menjadi lumpuh.Tak terhitung banyaknya pengobatan yang telah dia jalani,baik itu pengobatan tradisional maupun modern.Tetapi semuanya seperti tak membawa perubahan yang berarti.
Gadis itu melirik kearah almanac yang tergantung di dinding.Dia melihat tanggal yang telah dia lingkari dengan spidol warna merah sebelumnya.Hari ini tanggal lima belas Agustus,itu berarti dua hari lagi dia akan berusia tujuh belas tahun,tepat dihari kemerdekaan negaranya. Tujuh belas tahun,usia yang begitu indah.Dimana tahap menuju kedewasaan akan dia jalani jika seumur hidup dia akan terus duduk di kursi roda? Ahh,dia menghela nafas panjang.
Adinda Anandita,demikian nama gadis itu. Dia seorang gadis yang cantik.Dia merupakan anak tunggal dalam keluarganya.Kedua orang tuanya sangat sayang padanya.Namun,Adinda adalah gadis yang sangat tertutup.Dia jarang sekali keluar rumah dan lebih banyak menghabiskan hari-harinya di dalam kamar.Dia hanya mau berbicara pada orang tuanya.Orang tuanya tak mengizinkan dia untuk keluar rumah seorang diri karena takut akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada putri semata wayangnya itu.Dan Adinda pun sepertinya mengerti dan menjadi pribadi yang sangat tertutup.Karena ketertutupannya itu,orang tuanya memberikan pendidikan home schooling padanya
Adinda,dia lebih senang dipanggil Dinda,kini pandangannya menerawang ke angkasa luas.Dia membayangkan menjadi anak-anak normal yang lain.Dia ingin bermain bersama teman-temannya,berlari kesana-kemari.Berteriak penuh kemenangan.Dia terbayang usianya yang mulai beranjak dewasa.Air matanya menetes pelan.Ahh,mengapa engkau menangis Dinda?
Dipangkuan gadis itu,kini tergeletak sebuah kertas kosong.Di tangan kanannya tergenggam sebuah pena yang mungkin sudah tidak sabar lagi ingin digoreskan diatas kertas kosong.Dinda mulai menulis. Menulis semua hal yang terlintas di otak nya.Sejenak dia melamun ,lalu kembali menulis,begitu seterusnya sampai dia selesai dan memasukkan kertas itu kedalam  amplop yang tergeletak di atas meja disamping jendela.Untuk siapakah surat itu,Dinda?Ahh,engkau menjadi putri tidur.
Hari minggu yang cerah.Pagi itu Dinda telah siap di meja makan untuk menikmati sarapan bersama kedua orang tuanya.Di meja makan,telah tersedia mi goreng yang aromanya harum menggoda .Namun gadis itu terlihat lesu. Dia melamuan sambil menggulung mi gorengnya dengan ujung garpu.
“Sayang,mengapa Dinda terlihat sedih ?”Tanya mamanya penuh kasih.Gadis itu tak menjawab .Dia mengangkat wajahnya dan melempar senyuman.
Dia menoleh ke arah papanya .”Papa ,boleh kah Dinda meminta tolong sesuatu ?”
“Boleh,sayang.Ada yang bisa Papa bantu ?”
“Tolong surat ini Papa kirimkan ke stasiun radio Suara Indonesia  ya,bisa kah?”
“Bisa sayang.Asal Dinda harus menghabiskan makanannya itu.Bagaimana ?setuju?”
Gadis itu tersenyum . Indah
***
Malam hari sehabis makan malam,Dinda dan kedua orang tuanya berkumpul diruang tengah .Dinda menyetel radio yang berada di samping televisi dan meminta orang tuanya untuk dapat menemaninya mendengarkan radio.Gadis itu mendengarkan baik-baik.
“Malam ini,dalam rangka menyambut hari kemerdekaan Republik Indonesia yang keenam puluh empat .Kami keluarga besar stasiun Radio Suara Indonesia akan membagikan hadiah yang unik sekali.Yaitu,dengan mengirimkan identitas anda dan sertakan permintaan yang anda inginkan.Banyak sekali surat yang masuk hari ini,tetapi kami hanya memilih tiga orang yang beruntung,”kata penyiar radio yang bercuap-cuap ria di ujung sana .
Penyiar radio itu berkata lagi,”Ini surat yang pertama dari teman kita Eka Anisa Vitri.Mari kita bacakan”.Setelah berkata itu,penyiar radio membacakan perminyaan Eka.Dia meminta hadiah sebuah handphone karena uang tabungan habis untuk membayar sekolah.
Pada pengirim surat yang kedua yang bernama Felly Ciquita,dia meminta seperangkat alat memancing agar bisa mengajak orang tuanya memancing di empang belakang rumah .Hingga tiba giliran pembacaan surat yang ketiga.
“Ini surat dari teman kita Adinda Anandita .Mari kita bacakan .”Kedua orang tua Dinda menoleh bersama ke arah putrinya.Gadis itu sedang menundukkan wajah sambil mendengarkan penyira radio itu membacakan suratnya.
“Selamat malam semuanya,Nama saya Adinda Anandita .Saya adalah anak tunggal yang esok hari genap berusia tujuh belas tahun,tepat di hari Kemerdekaan Republik Indonesia.Bagi kebanyakan orang ,usia tujuh belas tahun adalah masa yang sangat indah.Masa dimana kita menuju kedewasaan dalam kehidupan kita .Masa dimana kita mulai membuka diri menyongsong masa depan kita.Tetapi bagi saya,karena saya adalah seorang gadis yang menderita lumpuh sejak saya masih balita .Saya lebih banyak menghabiskan hidup saya di atas kursi roda.Saya lebih banyak menghabiskan waktu dengan menulis puisi di kamar saya.”
“Saya sering menulis puisi tentang keindahan dunia dengan segala yang terjadi di atasnya.Dunia ini sangat indah sekali,tetapi saya merasa terpenjara di padang pasir tak berujung dalam kehidupan saya .Saya seperti merasa tenggelam dalam Lumpur keputusasaan hidup saya.Saya benar-benar merasa sangat kesepian.”
Penyiar radio itu berhenti sejenak.Lalu meneruskan lagi dengan suara yang agk terisak.”Melalui surat ini,saya ingin mengatakan keinginan saya.Andai pun tak bisa dikabulkan,saya sudah sangat bersyukur karena surat saya ini sudah dibacakan.Ketahuilah bahwa saya tidak ingin meminta apapun yang berwujud benda,saya tidak memerlukan semua itu.Saya... saya ingin mempunyai sahabat.Saya ingin mempunyai sahabat yang bisa saya ajak bermain .Saya ingin mempunyai sahabat dimana saya bisa berkeluh kesah.Saya ingin mempunyai sahabat dimana dia bisa menceritakan pada saya betapa indahnya dunia.Saya ingin mempunyai sahabat dimana ada yang menguatkan saya saat saya putus asa.Saya ingin mempunyai sahabat dimana saya bisa berbagi dalam kesenangan dan kesedihan bersama.Saya….”penyiar radio itu tak meneruskan perkataan nya.Suaranya menjadi serak seperti menahan tangisan.
Dia melanjutkan,”saya ingin mempunyai sahabat…dan hanya satu hal itu sangat saya harapkan… selamat malam dan selamat hari merdeka…”
Dinda.Dia menunduk semakin dalam air matanya menetes di pipinya.Dia menangis dengan isak tangis yang tak tertahan lagi.Dinda,ternyata dia menderita lahir dan batin.Dia begitu tersiksa dengan kehidupan yang telah dijalaninya.Dia ingin berbagi namun tak punya teman.Dia ingin mengasihi namun tak punya teman.Ahh Dinda, sampai kapankah engkau bertahan.Tetapi kini,telah keluar segala beban di hati yang selama ini dia simpan rapat-rapat.Telah keluar segala beban yang membuatnya merdeka dari keputusasan hidup.Dia terus menangis dan menangis sampai orang tuanya mendekati dan memeluknya.Keluarga itu berpelukan dalam tangis .Siapa pun yang melihat peristiwa itu pastilah ikut terenyuh hatinya..Tanpa sadar ,jam di dinding berdentang dua belas kali,tanda hari telah berganti.
“Selamat ulang tahun,Sayang.Papa dan Mama sangat menyayangimu.”Kata Papanya.”Dinda juga menyayangi kalian.”
***
Esok paginya,Dinda terbangun dari tidurnya karena mendengar suara berisik didepan rumah.Dia beranjak menaiki kursi roda dan mengayuhnya ke arah jendela.Dari jendela yang berkilauan memantulkan cahaya mentari dia melihat bendera merah putih berkibar dengan gagahnya.Dibawah bendera yang berkibar itu,anak-anak tetangga sekitar memanggil-manggil namanya dan meminta ia keluar untuk melihat lomba di lapangan .Ketika mata melihat ke pagar rumah,di kotak surat,telah ada bertumpuk-tumpuk surat tergeletak disana.Ada pula sebuah karangan bunga yang entah dari siapa.”Selamat ulang tahun Dinda dan Selamat Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.Ketahuilah bahwa engkau tidak sendiri.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SPLTV (sistem persamaan linear tiga variabel)

  Nama Guru           : Mira Agustina, S.Pd Kelas                     : X IPA 8/9 Hari/tanggal      : Senin/29 April 2024 ...